Bukit Tunggangan, 24 Februari 2019. Kali ini tim kukuruyuk akan mencoba
menaklukan Bukit Tunggangan Trenggalek, mungkin nama Bukit Tunggangan masih
asing di telinga para penikmat ketinggian. Bukit yang memiliki ketinggian 500 MDPL
ini berada di Desa Kendalrejo Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Rute
menuju Bukit Tunggangan sangat mudah, dari SMAN 1 Durenan ke barat sedikit
kemudian ada pertigaan belok kanan. Petunjuk arah menuju Bukit Tunggangan sudah
jelas, tapi untuk jalurnya masih sedikit sulit dilewati saat mendekati basecamp
sehingga membutuhkan sedikit keahlian berkendara.
Tujuan tim kukuruyuk ke Bukit Tunggangan adalah karena
rasa penasaran dengan lautan kabutnya di pagi hari, puncak Bukit Tunggungan
bisa kita lihat dari base camp dengan lampunya yang berwarna hijau. Ga perlu
khawatir karena di base camp dan di puncak tersedia jarinngan wifi, jadi bagi
kalian yang aktif di dunia sosial media ini sangat membantu. Selain di Bukit
Tunggangan, kita juga bisa juga melihat lautan kabut pagi hari di Bukit MbanyonTrenggalek.
Meskipun tidak
terlalu tinggi, namun Bukit Tunggangan memiliki jalur yang tergolong menanjak
dan berbatu. Pendakian dimulai pukul 21.25 dengan berjalan santai, awal
pendakian sudah dihadapkan dengan jalur berbatu yang terjal. Setelah melewati
jalur berbatu kita akan menemui jalur tanah, di sini jalannya sudah mulai datar
dan mulai tercium aroma mie instan dari puncak. Untuk sampai ke puncak
dibutuhkan waktu sekitar 45 menit dengan berjalan santai. Karena malam hari
tidak memungkinkan untuk mengambil foto, alhasil foto jalur pendakian diambil
ketika turun.
Base Camp Bukit Tunggangan
Jalanan Berbatu Yang Menunggu Untuk Dilalui
Mendekati Puncak Jalur Akan Berganti Tanah
Tidak terasa memang, rasanya baru saja berjalan sudah
sampai di puncak. Bukit ini tidak terlalu tinggi jadi waspadalah terhadap para
nyamuk-nyamuk nakal, saran saya jangan lupa bawa autan untuk mengusir nyamuk
yang datang. Puncak Bukit Tunggangan sangat luas sehingga cukup untuk
mendirikan 25 tenda, namun kondisi puncak yang terbuka rawan oleh terpaan angin
kencang. Suasana malam itu benar-benar istimewa, menikmati secangkir energen
hangatditemani dengan lampu-lampu kota dan
para nyamuk yang beterbangan ria.
Gemerlap Lampu Kota Dari Atas Ketinggian
Secangkir Energen Hangat Tetap Jadi Idaman
Nyamuk Penghuni Bukit Tunggangan
Dengan
mata yang sudah mulai mengantuk, tim kukuruyuk memutuskan untuk mengistirahatkan
diri dan menunggu pagi tiba. Benar saja, malam hari tidur terasa tidak begitu
nyenyak karena nyamuk-nyamuk nakal beterbangan di telinga yang menyerupai suara
jet F1. Pagi hari yang ditunggu akhirnya tiba, mentari pagi mulai menampakan sinarnya.
Suasana pagi yang bersahabat kala itu, membuat kemunculan sunrise terlihat
dengan jelas. Terlihat langit yang masih gelap semakin lama menjadi terang,
perpaduan warna jingga, kuning dan merah menjadi satu.
Mentari Pagi Mulai Menampakkan Sinarnya
Pemandangan Ini Yang Membuat Lupa Dinginnya Pagi
Yang Masih Suka Molor Dalam Tenda Pasti Rugi
Selain
sunrise yang mempesona, disini kita juga bisa melihat indahnya lautan kabut
saat pagi hari. Kabut yang bergerak menyerupai sungai yang mengalir. Waktu yang
paling tepat untuk kesini adalah saat musim penghujan antara bulan januari
sampai maret, pada bulan itu kabut di Kota Trenggalek sedang tebal – tebalnya.
Jadi tidak perlu mendaki ke gunung yang tinggi untuk menikmati indahnya lautan
awan, cukup ke Bukit Tunggangan yang berketinggian 500 MDPL. Dengan sedikit
keberuntungan dan jangan lupa berdoa, kita sudah bisa mendapatkan pemandangan
lautan awan seperti di Gunung Arjuno yang berketinggian 3.339 MDPL.
Lautan Awan Bukit Tunggangan Trenggalek
Lautan Awan Terbentang Luas Di Atas Kota Trenggalek
Bayangkan Bagaimana Rasanya
Puas mengambil foto, kini saatnya mengisi perut yang
sudah mulai keroncongan. Mie instan tetap jadi favorit dari masa ke masa. Selesai
makan langsung beres-beres tenda dan turun kembali ke basecamp.